Berawal dari kasus penjebolan mesin ATM BCA di Bali. Nasabah tiba-tiba kehilangan uang tanpa melakukan transaksi. Penjebolan ATM atau skimming sebenarnya sudah lama terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Bank-Bank di seluruh dunia terus berusaha menanggulangi kejahatan seperti ini. Yang jelas sistem keamanan harus bisa melampaui kelihaian para kriminal. Saat ini ada krisis kepercayaan nasabah dan bank-bank di Indonesia seharusnya mulai memperbaiki sistem keamanannya.

Ada  dua masalah inti yang mengawali banyaknya pembobolan bank semacam ini di Indonesia. Pertama adalah kurang diurusnya sistem perbankan. Dengan adanya kejadian seperti ini, inilah saatnya otoritas mengurus sistemik itu. Ini disebut sistemik real, karena kalau bank saja tidak dipercaya masyarakat krisis akan berlanjut ke masalah krisis perbankan seperti yang ditakutkan sekarang ini.
Seharusnya sekarang sudah ada pernyataan dari pemerintah atau Lembaga Penjamin Simpanan, bahwa masyarakat harus tenang. Jika uang hilang karena pembobolan, pasti akan dijamin dananya kembali.

Masalah kedua adalah dunia perbankan Indonesia harus memperkuat infrastrukturnya. Jika melihat banyaknya kejadian seperti pembobolan ATM, perbankan Indonesia sebaiknya segera dilakukan audit sistem teknologi yang diterapkan seluruh perbankan. Kartu ATM yang ada saat ini masih belum cukup aman dari penggandaan kode rahasia.

Jika ingin lebih aman, seharusnya digunakan chip dalam kartu. Namun untuk menambahkan chip dalam kartu dibutuhkan dana yang besar, karena harganya mahal. Namun jika bank-bank Indonesia lebih peduli keamanan nasabah dari pada biaya produksi kartu dan strategi pemasaran luas, maka seharusnya kartu ATM bisa dibuat dengan sistem pengamanan yang lebih memadai.

Modusnya sebenarnya sendiri bukan hal yang baru, teknik phising masih mendominasi didalam pembobolan ini. Phising yaitu bisa kita artikan seperti mengelabui, misalnya kita disuruh begini, begitu dan sebagainya tanpa kita pahami apa gunanya kita melakukan itu. Contoh mudahnya mereka mengelabui kamu dengan embel-embel hadiah, kamau disuruh ke ATM dan blablabla.. ini termasuk dalam kategori phising.

Sedangkan alat yang digunakan adalah dengan menggunakan alat skimmer, prosesnya sendiri dikenal dengan skimming. Lalu-lintas data yang lewat melalui ATM ini direkam dengan alat skimmer ini, lalu data ini (kalau di komputer istilah keren-nya copy paste alias COPAS) dimasukkan ke dalam kartu magnetik yang masih kosong. Imajinasi mudahnya sama seperti saya membuat kloning diri saya sendiri.

Sebenarnya mudah saja mengetahui siapa pelaku yang memasang alat skimmer ini yang jelas dan sudah pasti adalah ORANG DALAM atau bisa saja mungkin orang yang terdekat dengan ATM (maaf bukan menuduh) bisa jadi satpam, tukang parkir dan lain sebagainya. Biarin sajalah polisi yang urus tapi sebenarnya yang perlu dikejar itu OTAK-nya.

Lalu kenapa ada yang menyatakan pembobol ATM ini orang dari luar Indonesia? tentu saja iya karena data yang tersimpan dalam alat skimmer ini masih dalam bentuk ter-enkripsi untuk men-deksripsi data ini memang membutuhkan orang yang ahli dalam bidang komputer disertai dengan software khusus. Kalau di Indonesia saya rasa yang mengetahui tentang teknologi ini mungkin masih sangat jarang. Selain itu dengan adanya potongan sekitar Rp 25.000 atau setara dengan $5 (fee untuk penarikan ATM dalam link) terlihat jelas bahwa kartu ATM yang digunakan ini menggunakan link network seperti cirrus, alto, dan mastercard.

Kalau membicarakan keamanan ATM di Indonesia masih sedikit sekali ATM yang menggunakan alat anti-skimmer, yang paling aman agar kita yakin ATM yang kita gunakan menggunakan alat anti-skimmer yaitu di mulut ATM biasanya ada sebuah kotak plastik berwarna hijau. Selain itu kamera rahasia juga semakin berkembang bentuk dan teknologinya sehingga memudahkan para penjahat cyber ini mengungkap PIN yang konon-nya “rahasia”.

Tidak ada yang aman didunia ini karena teknologi selalu berkembang. Kembali lagi ke kutipan jaman dulu “Sebaik dan secanggihnya teknologi kalau jatuh ketangan yang benar maka akan bermafaat, tetapi kalau sampai jatuh ketangan yang salah pasti akan mengakibatkan bencana” mungkin ini yang mungkin sedang terjadi di Indonesia.
Kesimpulannya bahwa pembobol ATM 6 bank di Indonesia ini adalah jaringan Internasional. Mungkin bisa dikategorikan sebagai “hacker elite”.

Tidak menggunakan teknologi yang sangat canggih. Kalau di lihat dari cara kerjanya yang sangat professional, rapi, dan bersih kemungkinan akan susah aparat hukum bisa mengejar orang-orang dibelakang kasus ini kecuali kalau bekerjasama dengan beberapa negara lain.